SINGARAJA FM,-Hari baik dan luhur muncul lagi pada 12 Februari 2024. Yaitu Hari Suci Pagerwesi yang bertepatan dengan Purnama Kawulu, Sasih yang kedelapan, isaka warsa 1946. Pada hari ini merupakan pemujaan kepada Dewa Sang Hyang Paramesti Guru dan pemujaan Sang Hyang Candra, dimana tepat saat ini adalah payogan Sang Hyang Candra. Hal ini dijelaskan dalam Lontar Sundarigama sebagai berikut. …. Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga…… Artinya:
Ada lagi hari penyucian bagi Dewa
Matahari dan Dewa Bulan yang juga disebut Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu saat
tilem dan purnama. Saat purnama adalah payogan Sang Hyang Wulan (Candra),
sedangkan saat tilem Sang Hyang Surya yang beryoga. Maka pada hari ini
sangatlah tepat melakukan pemujaan Sang Hyang Paramesti Guru dan pemujaan atas
payogan Ida Bhatara Candra.
Kalau
kita melihat lebih jauh tentang Hari Suci Pagerwesi juga dalam lontar yang sama
antara lain seperti berikut. ……Buda Kliwon sinta, ngaran Pagerwesi, Sang Hyang
Pramesti Guru, sira mayoga, kairing dening watek dewata nawasanga, ngawerdiaken
uriping sarwa tumitah, tumuwuh maring bhuana kabeh, irika wenang sang sedaka
mengarga puja parikrama, pasang lingga, ngarcana padue Ida Betara Parameswara……
Artinya:
Pada hari Rabu (Buda) Kliwon wuku
Sinta, disebut dengan Pagerwesi, saat hari suci ini yang dipuja yaitu Sang
Hyang Pramesti Guru atau Siwa dan diiringi oleh para Dewata Nawasanga.
Tujuannya yaitu untuk menyelamatkan segala makhluk yang lahir dan tumbuh di
alam ini. Oleh karena itu patutlah para sulinggih melakukan pemujaan untuk
kebaikan semua ciptaan kepada Bhatara Prameswara.
Pada
hari suci ini sangat tepat melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Paramesti Guru.
Atau lebih simpelnya memuja keagungan beliau yang disebut sebagai Guru ( hari
Gurunya Masyarakat Hindu di Bali). Hal ini menarik, bahwa Ketika pelaksanaan
Saraswati kita memuliakan pengetahuan (guna) selanjutnya melakukan penyucian
diri ( banyu pinaruh). Selanjutnya pada hari senin wuku sinta disebut dengan
soma ribek (pemujaan kepada Sang Hyang Amertha Jati) beliau yang kita sebut
sebagai penganugrah segala amertha kehidupan ( gina/geginan). Segala ilmu dan
kesucian menghasilkan amertha dan pada ujungannya adalah memohon anugerah
kemakmuran dan kesejahteraan sebagai simbul harta benda ( Sabuh Emas) yang
dalam konteks ini adalah Dana. Hari yang jatuhnya pada anggara wage wuku sinta.
Sebagai nasehat utama pemaknaan hari suci ini adalah pada Pagerwesi
sederhananya bisa kita sebut pageh = pagar, wesi = besi. (pagar besi
menyiratkan makna pagar yang kuat dan kokoh.
Kenapa
perlu pagar yang kokoh? Tentu ada makna yang mendalam bahwa, segala ilmu akan
membuat manusia takabur akan keilmuannya, dan menganggap bahwa dirinyalah yang
paling pintar dan yang lainnya tidak tahu apa. Takabur inilah yang dipesankan
sehingga teramat perlu penguatan diri yang utama dengan menundukan diri dengan
memuja guru. Sebab karena gurulah kita akan menunduk, menyerah atas segala
kegelapan fikiran (kebodohan) kita. Dan penguatan diri iniah sebagai pengakuan
akan keutamaan Guru yang memberikan kita segala kemampuan, guru sekala kita
sebut dengan tri guru (guru rupaka, guru pengajian dan guru wisesa, yaitu orang
tua, Guru disekolah dan Pemerintah). Guru selanjutnya adalah Guru Swadyaya
yaitu (Para Dewata = gurunya guru yang adalah guru yang mulia, Tuhan itu
sendiri). Pemujaan guru merupakan symbol menundukan segala ego akibat
pengetahuan, ego akibat kekayaan dan harta benda yang kita miliki.
Berikutnya ada baiknya kita
melihat sarana persembahannya menurut lontar Sundarigama yaitu ….
Widi-widinania daksina, suci asoroh, peras ajuman panyeneng, sesayut panca
lingga, canang wangi, saha rake runtutania, aturakna ring sanggar kamulan.
Kunang ring samania wang sesayut pageh urip, aresik prayascita, ring tengah
wangi pasangane yoga semadhi. Muah pecaru ring sang panca maha buta, sega warna
anut ance desa ring natar sanggah, muah segeh agung abesik, kunang ring wara…….
Sehingga berdasarkan lontar tersebut, sarana upakaranya yaitu sesayut pageh
urip satu buah, serta prayascita. Saat tengah malam, dilakukan yoga samadhi
atau renungan suci. Selain itu, juga ada persembahan untuk unsur panca maha
butha berupa segehan lima warna, sesuai dengan kelima arah mata angin yang
dihaturkan di natar sanggah, dan disertai dengan segehan agung satu buah.
Sedangkan pada hari Purnama persembahannya menurut lontar sundarigama adalah
…….Samana ika sang purohita, tkeng janma pada sakawanganya, wnang mahening
ajnana, aturakna wangi-wangi, canang nyasa maring sarwa dewa, pamalakunya, ring
sanggar parhyangan, laju matirta gocara, puspa wangi. Purnama juga merupakan
hari penyucian diri lahir batin. Oleh karena itu semua orang wajib melakukan
penyucian diri secara lahir batin dengan mempersembahkan sesajen berupa canang
wangi-wangi, canang yasa kepada para dewa, dan pemujaan dilakukan di Sanggah
dan Parahyangan, yang kemudian dilanjutkan dengan memohon air suci.
Secara
holistik, kita bisa melihat hari baik ini dengan melihat padewasan apa yang
mungkin baik kita lakukan pada hari Pagerwesi yang bersamaan dengan Hari Suci
Purnama. Pada ala ayuning dewasa hari buda kliwon tanggal 12 Februari ini
adalah amertha sari yaitu hari baik untuk melakukan yadnya di sanggar atau
merajan, serta baik untuk menanam bunga-bungaan. Banyu milir adalah hari yang
baik dalam menyadap nira dan membuat sumur. Selanjutnya adalah cintamanik,
yaitu hari baik untuk memotong rambut, selanjutnya adalah dewasa dasa guna ( hari
baik untuk mempelajari ilmu kadiatmikan dan membuat bangunan suci serta
melantik pejabat. Ada juga dewasa dewa anglayang sebagai hari baik untuk
membuat bangunan suci dan pitra yadnya (pemujaan pitra). Hari baik lainnya
adalah purnama danta ( baik digunakan sebagai dewasa ayu memulai sesuatu
kegiatan. Sedangkan alanya adalah salah wadi dan kala mrtyu sebagai hari yang
dihindari untuk melakukan pertemuan atau sanggama dan tidak boleh dipakai hari
pernikahan atau wiwaha.
Intinya
hari pagerwesi yang bertepatan dengan hari suci purnama adalah hari dimana
tonggak penundukan ego dengan memuja guru ( Sang Hyang Paramesti Guru) agar
menemukan kebaikan dalam kehidupan. Bukankah pada saat kita kegelapan
(candrayoga) kita perlu mencari guru untuk mendapatkan pencerahan? Mari kita
maknai hari suci yang jarang terjadi ini sebagai momen kita untuk merubah
perilaku kita. Mulailah dengan kesadaran baru untuk menjaga fikir, perilaku dan
kata-kata kita untuk mendapatkan kehidupan yang abadi. Abadi yang dimaksud
adalah kita yang selalu dipandang baik atas perilaku kebaikan yang kita
perbuat. Selamat Hari Suci Pagerwesi Nemu Purnama. Dengan guru kita akan lebih
terarah dan lebih mengenal jati diri dengan baik.
Oleh : I Kadek Satria, S.Ag.
M.Pd.H (Penyuluh Agama Kemenag Kab. Buleleng)
0Komentar