SINGARAJAFM,-Hari suci yang hadirnya setahun sekali yaitu di Purwanining tilem sasih kepitu akan segera kita laksanakan. Siwaratri yaitu hari dimana dilakukan pada malam yang paling gelap dalam kurun waktu satu tahun merupakan hari suci yang sangat ditunggu-tunggu oleh para Bhakta Siwa (penganut Siwa Sidhanta). Sekilas dimasyarakat masih banyak yang menganggap hari ini sebagai hari untuk menghapuskan dosa, namun sesungguhnya hari ini lebih tepat jika disebut dengan peleburan dosa. Dewa Siwa didalam Tri Murti adalah dewa dengan fungsi sebagai pelebur segala yang sudah tidak diperlukan lagi di alam ini. Hal ini memiliki kesamaan bahwa penghormatan kepada beliau sesungguhnya adalah pemujaan untuk memohon kasih sayang beliau dengan melakukan beberapa brata yang pada akhirnya kita mampu melebur segala perbuatan buruk kita dengan perbuatan yang mulia yaitu dengan melakukan brata Siwaratri.
Bagaimana
proses pelaksanaannya? sehingga didalam beberapa kitab maupun lontar bahwa
dengan brata Siwaratri akan mampu menjadikan orang yang papa hina bisa menyatu
dengan Siwa di Siwaloka? Sosok Lubdaka adalah salah satu dari beberapa tokoh
didalam sastra yang dikatakan mampu melebur segala dosa yang diperbuatnya
dengan melakukan brata Siwaratri, bagaimana cerita sosok lubdaka itu? mari kita
maknai. Lubdaka adalah seorang pemburu hewan (dalam bahasa Sanskerta disebut
Pasu), Pemburu hewan sama halnya dengan memburu segala bentuk pasu, termasuk
pasupati atau raja dari para hewan yaitu Sang Hyang Siwa itu sendiri. Setelah
Lubdhaka kemalaman ditengah hutan maka beliau mencari pohon yang dibawahnya ada
telaga, sebagai siasat kemungkinan ada hewan buruan yang hendak didapat. Ini
memberikan makna bahwa manusia, didalam kegelapannya melakukan aktifitas
kehidupan, maka hal yang pasti dan harus dlakukan adalah melakukan pendakian
(memanjat pohon kebijaksanaan), Pohon Bilwa. Melakukan upaya agar selalu sadar
dengan memetik daun bilwa dan menjatuhkannya ke telaga yang secara kebetulan
disana ada lingga Siiwa.
Hal
yang perlu disadari bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua orang
akan mendapatkan pencerahan dimanapun aktifitaasnya (kantor, pasar, sawah )
atau dimana saja Tuhan telah menjangkau segalanya. Inilah yang perlu kita pahai
sebagai bentuk usaha agar kita mampu menjadi lubdaka-lubdaka yang memburu
kesempurnaan itu. Prosesi pelaksanaan Brata Siwaratri adalah dengan melakukan
Jagra (tidak tidur semalam suntuk, dan siang hari rata-rata 36 jam), Upawasa
(kembali Suci, tidak makan selama 24 jam) dan melakukan pemujaan yang tiada
hentinya dengan melakukan dhyana atau meditasi selama 24 jam. Dipercaya dengan
melakukan inilah kita akan mampu melebur segala dosa-dosa yang kita lakukan.
Setelah melakukan pemujaan Sore hari (pukul 06.00 dengan memuja Dewi gangga dan
ganapati) dilanjutkan dengan tengah malam (12.00 dengan memuja Giri Putri) dan
terakhir pada pagi hari yaitu saat Brahmamuhurta puja puku 03.00-05.00) lengkap
dengan melebur Siwalingga yang sudah dibuat sebagai stana dari beliau.
Peleburan dari Siwalingga inilah yang akan menghasilkan Bhasma (Abu) yang
kemudian ditunas untuk digunakan sebagai anugerah peleburan dengan menguapkan
dalam tubuh atau digunakan sebagai pelengkap bija, sebab Bhasma merupakan alat
penyucian yang paling utama (Apan Ikang Bhasma juga wisesa ning snana kabeh) .
Inilah
yang memberikan makna bahwa malam Siwaratri bukanlah malam penghapusan dosa,
namun malam dimana kita diberikan kesempatan untuk melebur dosa kita dengan
cara melakukan brata Siwaratri yang sangat utama. Bukan berarti setelah itu
kita melakukan dosa lagi, sehingga dapat kita lebur dengan siwaratri
selanjutnya, namun Brata siwaratri yang memiliki makna sebagai upaya penyadaran
akan hidup, penyadaran akan pemujaan tuhan dan selalu bersyukur atas karunianya
merupakan hal sehari-har yang bisa kita lakukan. Bukan hanya pada hari
siwaratri, namun setiap hari pemaknaan ini bisa kita lakukan, tentu dengan
kesadaran. Brata Siwaratri bukan sejauh mana kita mampu melakukan brata, namun
sebesar apa kesungguhan dan ketulusan kita dalam melakukannya. Rahajeng
Nyanggra Rahinan Suci Siwaratri.
Penulis : I K. Satria.
Penyuluh PPPK Kemenag Buleleng
0Komentar